Meet The Master, Backpackeran, hingga Perklenikan
Hari kedua pelaksanaan Gramedia Writers and Readers Forum 2019. Acara tambah semarak. Tema yang
dibahas semakin menarik dan pembicara yang ditampilkanpun kian beragam, membuat
peminat acara ini bingung untuk menentukan pilihan.
--------------------------
Sebagai pemanasan, di sesi pagi saya memilih tema pembicaraan yang ringan namun sarat makna
bersama Hendra FU, Claudia Kaunang dan Trinity. Mereka adalah
para petualang tangguh, yang telah mengantongi jam terbang tinggi untuk masalah
backpackeran. “It's not Destination, It's A Journey.”
Hendra FU, dikenal sebagai travel blogger yang juga penulis buku Born to
Travel, Hola Spanyol Pelesir Ceria dan ASEAN Escape Jelajah 10 Negara.
Claudia
Kaunang, buku-bukunya selalu best seller dan dicetak berulang kali,
karena orang banyak yang penasaran terhadap kemampuannya keliling dunia dengan
biaya teramat murah.
Terakhir, Trinity. Namanya sangat terkenal di jagad
traveller. Puluhan buku bertajuk “The Naked Traveller” telah ditulisnya. Puluhan
negara telah dikunjunginya dan ratusan ribu kilometer telah dilaluinya untuk
memuaskan keinginan jalan-jalan mengelilingi dunia.
Dari ketiga
penjelajah dunia ini, kita belajar banyak tentang makna sebuah perjalanan yang
bukan hanya sekedar mengunjungi sebuah destinasi wisata, namun banyak pelajaran
yang mampu kita raih.
Travelling itu gimana caranya kita melihat sesuatu lebih dekat
lagi. Kita jadi pribadi yang gak percaya katanya-katanya. Travelling bikin kita
belajar banyak hal - Hendra Fu
Travelling itu bisa menyalurkan emosi dan kreasi, dengan travelling
saya bisa melihat banyak orang dan jadi lebih kreatif. Di jalanan saya bisa jadi
punya banyak ide. - Claudia Kaunang
Travelling itu school of life. Tanpa ada guru yang meneror,
kita kemana-mana belajar dengan tempat tersebut dan kita belajar tentang diri
sendiri. - Trinity
--------------------------
Usai
istirahat siang, saya lanjut menimba ilmu bagaimana menemukan character
style yang kelak menjadi ciri khas dari tulisan ataupun tokoh kita, bersama
Nurfadli Mursyid, dengan
tema diskusi “Find Your Character Style”
Bagi para pemilik akun Instagram, twitter, ataupun
LINE webtoon, @tahilalats sudah tak asing lagi bahkan terasa akrab dalam
kehidupan sehari-hari. Maklumlah di Instagram saja akun @tahilalats memiliki
tiga juta follower, sedangkan di twitter sebanyak 200 ribu follower yang
mengikuti berbagai aksi seru @tahilalats alias Minblowon, web komik Indonesia.
Sebagai dalang di balik semua kekocakan komik strip 4 panel tersebut, Nurfadli mengaku telah menerbitkan 2.000 komik dengan
cerita yang berbeda, bahkan beberapa cerita tersebut telah diterjemahkan
pembaca ke berbagai bahasa, tanpa sepengetahuan dirinya.
Kenapa dia lebih memilih jalur komik strip? Menurut
sarjana teknik sipil yang mengaku kuliah salah jurusan ini, sejak kecil ia
memang telah tertarik membuat komik strip, karena hanya dengan beberapa coretan
saja, pesan dapat disampaikan. Walaupun pada kenyataannya, tak sedikit penikmat
komik strip karya Nurfadli yang harus memperhatikan berulang kali gambar
serta kalimat yang menyertainya, untuk mengetahui secara jelas pesan yang
tersirat dan tersurat.
Menurut Nurfadli, untuk menemukan gaya dari karakter tokoh yang akan dibuat, membutuhkan
banyak perenungan. Komik strip @tahilalats yang
diciptakannya memang terkesan sangat sederhana dan terasa dekat dengan
keseharian, karena nama @tahilalats itu sendiri secara tak sengaja tercetus
dari adanya sebuah tahi lalat yang cukup besar di atas bibirnya. Kenapa ia
tidak menetapkan sesosok tokoh tertentu dalam @tahilalats? Tak lain agar ia
memiliki kebebasan berekspresi dalam menggambarkan berbagai tokoh, namun dengan
satu ciri khas gambar ala @tahilalats.
--------------------------
Pada diskusi
ketiga, sore telah menjelang. Diskusi dilaksanakan dalam suasana ruangan terasa mencekam dan semi mistis, karena dalam
pembicaraan kali ini dihadirkan team penulis Kisah Tanah Jawa.
Kisah Tanah jawa, awalnya merupakan channel Youtube yang digawangi oleh Hari Hao seorang praktisi supra natural, Bonaventura D Genta, serta Mada Zidan. Kisah Tanah Jawa menyajikan konten-konten yang mengungkapkan sisi sejarah, legenda serta misteri berbagai tempat yang berada di Pulau Jawa. Kini kisah perburuan mereka dapat ditemui dalam versi cetaknya.
The
Closest Think Around Us, itulah tema diskusi kali ini.
Menurut om Hao, Kisah Tanah jawa ditulis menggunakan metode retrokognisi, yaitu mengumpulkan data primer (saksi langsung), data sekunder (literatur) dan data tersier (bentuk). Keseluruhan data tersebut kemudian dianalisa, apakah sesuai dengan literatur, apakah masih ada kaitannya dengan masa sekarang atau masa depan? Selanjutnya, dibuatlah sebuah kesimpulan tentang masa lalu/sejarah daerah tersebut. Intinya, retrokognisi itu tugasnya mengubah data tidak tertulis menjadi tertulis. Terkesan simpel dan sederhana, namun pada kenyataannya membutuhkan proses yang panjang dan memakan banyak waktu, pikiran serta energi yang tak sedikit.
#GWRF2019
@literasinusa
@perpusnas.go.id
@blomilofficial
Komentar
Posting Komentar