Anak Muda vs Ekonomi Kreatif
Istilah ekonomi kreatif kian populer, manakala dalam
Debat Capres yang disiarkan langsung oleh sebuah TV swasta, minggu malam 15
Juni kemarin, Capres no urut 1 mengakui kebenaran pendapat Capres no urut 2.
Kegaduhan sesaat semakin menambah keyakinan, bahwa Indonesia akan mampu merajai
perekonomian dunia manakala sektor ekonomi kreatifnya dimajukan dan lebih
diperhatikan.
Apa sih sebenarnya ekonomi kreatif itu?
Alvin Toffler (1980), dalam teorinya memprediksi adanya
gelombang keempat dalam gelombang peradaban ekonomi, yaitu gelombang ekonomi
kreatif, yang berorientasi pada ide dan gagasan kreatif.
Dalam bukunya “The Creative Economy: How People Make
Money from Ideas” (2001), John Howkins, dengan ringkas mendefinisikan Ekonomi
Kreatif, sebagai “The creation
of value as a result of idea”
Jadi, Ekonomi Kreatif adalah sebuah konsep yang
menempatkan kreativitas dan pengetahuan sebagai aset utama dalam menggerakkan
ekonomi. Konsep ini telah memicu ketertarikan berbagai negara untuk melakukan
kajian seputar Ekonomi Kreatif dan menjadikan Ekonomi Kreatif sebagai model
utama pengembangan ekonomi negaranya.
Ekonomi kreatif sering dilihat sebagai sebuah konsep
yang memayungi konsep lain yang juga menjadi populer di awal abad ke-21 ini,
yaitu Industri Kreatif, yaitu
Industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan serta bakat
individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui
penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.“
Untuk menciptakan ekonomi kreatif dan industri
kreatif, diperlukan tangan-tangan yang kreatif. Tak banyak orang yang
tahu, bahwa ada seorang anak muda asli Indonesia berdarah Minang, yang sudah
belasan tahun berkecimpung di industri kreatif, Wempy Dyocta Koto namanya.
Lelaki kelahiran Padangpanjang, 37 tahun silam dan
dibesarkan di Australia ini, adalah seorang profesional dan pengusaha Indonesia. Ia merupakan pendiri sekaligus CEO Wardour
and Oxford, sebuah perusahaan konsultan pengembangan bisnis internasional juga Pemodal
Ventura di Systec Group. Fortune Indonesia memasukkan namanya dalam "40
Under 40".
Memiliki pengalaman 15 tahun di berbagai kota besar di
penjuru dunia, London, San Fransisco, Singapura, Sydney, dan Jakarta
menjalankan advertising, marketing, dan pengembangan bisnis untuk American
Express, Microsoft, Sony, Citigroup, SAP, Samsung, BP, dan Lenovo. Wempy pernah
bekerja untuk Young & Rubicam, OgilvyOne, WorldWide, dan Wunderman,
sehingga menjadi Direktur bisnis global yang berpusat di Amerika Serikat.
Saat ini, dia sedang berlomba untuk membangun dan
menyebarkan ide-ide hebat dari seluruh dunia, serta menghapus batas-batas
ekonomi untuk memberikan solusi atas permasalahan global. Wempy yang memiliki hobi berselancar ini, adalah 100% orang
Indonesia yang memiliki komitmen untuk memajukan dan menjadikan Indonesia
"one of the world's greatest superpowers of knowledge, creativity and
innovation".
Dalam rangka mewujudkan impiannya itu, pria pemegang gelar
Bachelor of Arts di bidang komunikasi dari University of Technology, Sydney,
serta peraih Master of International Studies dari University of Sydney ini,
melanjutkan studinya di THNK
(The Amsterdam School of Creative Leadership), sebuah lembaga internasional
yang memiliki kemampuan dan keahlian dalam bidang kepemimpinan dan kreativitas.
Lembaga yang berkedudukan di Amsterdam-Belanda ini, setiap tahunnya memilih
sekitar 30 orang dengan kriteria yang kaya akan ide, berjiwa entrepreneur,
serta memiliki pengalaman internasional dari seluruh dunia, untuk kemudian
dididik dan diberi pelatihan mengenai kreativitas dan kepemimpinan.
"Sebagai pribadi saya memiliki visi ke depan
untuk permasalahan yang dasar serta kompleks. Saya terbiasa untuk membuat
pemikiran yang mendalam dan menyeluruh. Sehingga terdapat pola dalam saya
berpikir, menghadapi orang lain, menghadapi masalah, proses, dan kemungkinan.
Cara saya melihat dunia bagaikan melalui sebuah lensa yang menahan saya untuk
mengetahui, membayangkan, dan menggunakan seluruh kesempatan dan kemungkinan
yang ada di sekitar saya. Terpilihnya saya di THNK The Amsterdam School of
Creative Leadership akan membuat saya belajar, mempelajari ulang, dan
mempelajari banyak hal.” Wempy melanjutkan.
“Saya seorang entrepreneur yang optimis dan gemar mengejar hal yang menarik bagi saya. Saya pernah gagal dan membuat keputusan yang kurang baik, tapi saat ini, jalan hidup saya membawa saya menuju Amsterdam, tempat untuk mendapatkan berbagai ilmu untuk menjalani hidup yang lebih bermanfaat dari para ahlinya. Setelah lulus dari THNK kelak, saya ingin membangun dasar-dasar kreatif yang tepat untuk posisi baru dengan ilmu yang saya dapatkan.” Jelas Wempy selanjutnya.
Semoga kelak, banyak
dijumpai Wempy-Wempy lainnya, yaitu anak muda kreatif berfikiran global, yang
mampu mengangkat perekonomian Indonesia ke mata dunia internasional.
RaDal, 16’06’14
(02.20)
Komentar
Posting Komentar