Ini Dia, Sosok di balik Go Internasionalnya Produk Lokal
Pernah mendengar sebuah produk dengan brand “Spicy Granny”? Belum pernah? Bagaimana jika disebutkan nama “Maicih”? Tentu langsung terbayang
sebungkus keripik dengan level kepedasan hingga angka 20, bukan?
Per September 2013 lalu, Spicy
Granny sudah resmi berekspansi di pasar pertamanya yaitu negara tetangga,
Singapura. Target berikutnya Australia, Malaysia, Thailand, Uni Eropa, Cina,
Amerika, Jepang dan Korea Selatan.
“Kami tentunya bangga dapat bekerjasama dengan AXL yang
memiliki pandangan bisnis yang visioner. Ia juga punya keinginan yang kuat dan
berkomitmen sehingga dapat memperlancar semua kerjasama yang ada. Impian AXL
membawa Spicy Granny ke dunia internasional yang lebih luas lagi sudah di depan
mata dan kami yakin dapat mewujudkannya,” tutur Wempy sang founder Wardour and
Oxford saat mengkomentari produk Maicih yang mulai mendunia.
Sekarang, bagaimana dengan Sour Sally, frozen yogurt brand yang
merupakan produk lokal dan sukses membudaya di kalangan anak muda? Di Indonesia
nama Sour Sally tidak asing. Produk yang sering diidentikkan franschise dari
luar negeri ini, ternyata merupakan produk yang benar-benar milik Indonesia.
Siapa pemiliknya? Dialah Donny Pramono. Seorang anak muda yang memulai bisnisnya
dari ide sang bunda, saat melihat gerai penjualan produk yogurt beku di luar
negeri. Selain itu, Donny sendiri juga seorang penyuka yogurt.
Melalui inovasi, Sour Sally hingga
kini terus berkembang pesat. Target market anak muda disasar melalui promosi di
sosial media, seperti lewat facebook dan fanspagenya. Dalam hal produk, Sour
Sally senantiasa memunculkan rasa baru setiap 6 bulan sekali, atau memberi
kejutan pada konsumen dengan memunculkan rasa lama yang mereka favoritkan.
Langkah Sour Sally melakukan
ekspansi ke luar negeri menurut Donny sudah sangat tepat, apalagi dengan
menggandeng Wardour and Oxford sebagai rekan kerja. Donny Pramono semakin
serius untuk mengembangkan sayap bisnisnya yang tidak kalah bersaing dengan
produk lain di dunia.
“Dalam sebuah bisnis, membutuhkan
komitmen untuk terus mengembangkannya. Dan mengembangkan bisnis tidak bisa
sendirian, untuk memasuki pasar internasional saya mencari patner yang bisa
membantu saya.
Memilih partner Wardour And Oxford bukan tanpa pertimbangan,
tapi karena Wempy sebagai Global CEO Wardour and Oxford sudah membuktikan
kepiawaiannya membawa merek Indonesia ke luar negeri. Karena itu menurut saya,
di Indonesia tidak ada expert untuk membuka pasar internasional selain Wempy,”
ujar Donny.
Sementara Wempy Dyocta Koto
menyatakan produk Sour Sally yang berkualitas ini menjadi daya jual untuk
menjadikannya bisnis masa depan. “Saya melihat Sour Sally, bukan hanya sebagai
penjual yogurt, tapi Donny orang yang visionary, ambisius, dan sangat dinamis.
Dia juga memiliki keinginan yang kuat bagaimana pembeli yogurtnya bisa merasa
puas dan loyal akan produk yang dia beli. Komitmen ini yang mahal dalam bisnis
saat ini.”
Wempy
sangat optimis Sour Sally bisa menjadi perusahaan global yang tangguh dan
menjadi inspirasi bagi pengusaha muda lainnya. “Jadi, yang segera mencoba
kelezatan Sour Sally bukan saja masyarakat Indonesia, dalam waktu singkat
seluruh dunia segera bisa menikmati rahasia lezatnya,” ucap Wempy.
Ada
sebuah nama lain, Double Dipps. Merk usaha yang bergerak di sektor food & beverage ini telah memiliki
lebih dari 125 outlet di 21 kota besar di seluruh Indonesia dan bersiap
merambah ke manca negara. Berdiri sejak 2008, Double Dipps, awalnya merupakan
jaringan waralaba yang menyajikan Donut
dan Coffe.
Dalam
perkembangannya, Subagio sebagai founder Double Dibbs berambisi untuk menembus
pasar internasional. Maka, digandenglah Wardour Oxford, sebagai konsultan
pengembangan bisnisnya.
“...Kami
yakin, produk kami layak dan memiliki daya jual di pasar internasional. Saya
juga mengajak para pelaku usaha untuk melakukan ekspansi ke luar negeri, guna
memperlihatkan kehebatan bangsa ini.”, tutur Subagio optimis.
“Untuk cafe-style, saya rasa negara Filipina,
Thailand, Singapura bahkan Eropa, masih menjadi idola. Untuk itu, konsep dan
strategi Double Dips telah kami persiapkan, antara lain melalui diraihnya ISO
9001:2008, tentang standarisasi internasional untuk manajemen sistem,
sertifikasi hahal MUI dan sejenisnya. Tak lupa SOP yang mudah diaplikasikan
serta SDM yang terlatih..
Nama
lain, semisal Kebab Turki Baba Rafi, Ayam Bakar Mas Mono, Piramizza serta Bebek
garang, juga siap go internasional menembus batas negara dan kepuasan lidah
penduduknya.
Pertanyaannya
kini adalah, siapakah sebenarnya sosok dibalik suksesnya semua perusahaan itu?
Dia adalah Wempy Dyocta Koto. Seorang konsultan manajemen yang berpengalaman
global dan telah memimpin beberapa tim
meluncurkan produk dan layanan global untuk American
Express, Sony, Nokia, Citigroup, Samsung, SAP, LG Electronics, Palm, Lenovo,
BP, Nokia dan Microsoft.
Wardour
and Oxford yang dipimpinnya, adalah
sebuah konsultan pengembangan bisnis yang membantu para pengusaha dan
perusahaan-perusahaan Fortune 1000 di Amerika dalam meluncurkan bisnis, merek
dan produk mereka secara internasional. “Wardour And Oxford aktif terlibat
dalam pengembangan momentum usaha harian. Termasuk didalamnya, generasi
memimpin global, penjualan, pemasaran, komunikasi digital dan offline, hubungan
masyarakat, peristiwa, pengaturan perjanjian tingkat tinggi dan
menghubungkan klien dengan bisnis, politik, kreatif, hiburan dan koneksi
kerajaan di Benua Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, Eropa dan Afrika,” ujar
Sarjana Komunikasi dari University of Technology, Sydney (1998 ) dan M.
International Studies, University of Sydney (1999).
Wempy
dilahirkan di Indonesia, kemudian dibesarkan di Australia dan pernah tinggal
dan bekerja di Singapura, Hong Kong, London, San Fransisco dan New York. Wempy
saat ini tinggal di Jakarta, mengabdikan karirnya untuk meluncurkan serta
mengembangkan merek-merek Indonesia ke dunia internasional.
Komentar
Posting Komentar