“Stop Mendidik Anak dengan Metode Duplikating!”
![]() |
ilustrasi: isykasyukriya.blogspot.com |
Anak, sering identik dengan aset orangtua. Jamak jika para ayah-ibu
berlomba-lomba memasukkan sang anak ke lembaga pendidikan terbaik dengan biaya
termahal, atau memilih sekolah terkenal berisikan anak-anak orang ternama, dengan
harapan kelak lulus menjadi anak yang membanggakan orangtuanya.
----------------------
Namun, seringkali kenyataan jauh dari angan. Ketika pilihan
sang anak tak sesuai dengan kehendak orangtua, menjadi keterpaksaan belaka.
Anak menurut, namun batinnya tersiksa. Tak terkecuali berlaku pula bagi balita.
Anak dijejali dengan berbagai kegiatan ekstra kurikuler,
tanpa mengerti maksud dan tujuan orangtua memasukkannya ke lembaga tersebut. Terkadang,
demi ambisi semata, orangtua rela mengorbankan masa bermain anak. Akibatnya,
anak menjadi dewasa lebih cepat dan matang sebelum waktunya.
Lihatlah artis A, yang dulu imut dan menggemaskan, beberapa
tahun kemudian tak terlihat kelucuannya lagi, atau si B yang mendadak menjadi artis
terkenal di ajang pemilihan bakat, atau di C, yang terkenal sebagai artis
youtube, akhirnya setelah merasa lelah di puncak ketenaran, memutuskan
menyudahi profesi keartisannya.
Jangan sampai ambisi orangtua mengalahkan akal sehat yang
pada akhirnya mengorbankan potensi anak.
----------------------
Bagaimana cara yang tepat menggali bakat dan minat anak,
terutama kala masih balita?
Langkah pertama, rajinlah melakukan stimulasi pada semua
aspek perkembangannya. Pada dasarnya aspek perkembangan anak, meliputi:
Aspek Perkembangan Kognitif.
Di usia 0-2th, anak bergerak reflek. Usia 2-7th, tahap pra operasional. Usia 7-11th,
tahap konkret dan usia 11-15th, tahap formal operasional.
Aspek Perkembangan
Fisik, merupakan perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah, yaitu ketrampilan
motorik anak. Ketrampilan motorik kasar lebih banyak berkembang di usia anak
4-5th, sedang ketrampilan motorik halus terjadi di atas usia 5th.
Aspek Perkembangan Bahasa.
Di usia 2 th, rata-rata anak sudah mampu memproduksi 338 ucapan yang dapat
dimengerti. Semakin sering diajak berbicara, bercerita maupun membaca dan
menulis, semakin merangsang kemampuan anak berbahasa.
Aspek perkembangan
Sosio-Emosional. Masa TK, di mana merupakan masa kanak-kanak awal, mereka
akan belajar tentang kerjasama, persaingan, kemurahan hati, hasrat penerimaan
sosial, simpati, empati, ketergantungan, keramahan, tidak egosentris dan
meniru.
Jika anak telah mengusai suatu ketrampilan tertentu, akan
menimbulkan rasa berhasil dan percaya diri. Tugas selanjutnya adalah memupuk terus
rasa percaya diri itu, hingga si anak menjadi pribadi yang mandiri serta
mempunyai kepribadian.
----------------------
Selanjutnya, beri anak kesempatan sebanyak-banyaknya untuk mengeksplor
semua potensi diri, melalui tipe belajarnya.
Ada tiga tipe belajar anak yang utama, yaitu: visual-auditori dan kinestetik.
Anak yang senang musik, aspek auditorinya lebih sensitif dan
terkadang iapun senang menari, menyanyi dan membuat gerakan-gerakan lucu.
Berarti dia auditori-kinestetik.
Anak yang senang visual, bisa jadi akan melampiaskannya dalam
bentuk lukisan ataupun coretan dari yang tak beraturan hingga membentuk sebuah
cerita bergambar.
Anak kinestetik, tanpa musikpun mampu melakukan gerakan
indah. Tipe anak kinestetik, cenderung sulit diajak duduk manis, senang bergerak mengeksplor
ruangan.
----------------------
Jika aspek perkembangan anak distimulasi dengan metode tepat
sesuai tipe belajarnya, maka bakat dan minatnya akan muncul dengan sendirinya.
Demikianlah yang dilakukan oleh Stefi Siera Ngangi dalam mendidik murid-muridnya
di Kiwi kids Preschool and Kindergarden.
----------------------
Bagaimana? Masih tertarik untuk memaksakan anak melakukan
kegiatan yang tidak diinginkan dan disukainya? Bersiaplah, suatu ketika akan
timbul pemberontakan yang mungkin saja menyebabkan sang orangtua menyesal.
Ingat, setiap anak adalah individu yang berbeda. Metode duplikating
alias melakukan pengelompokan anak berdasarkan usia dan kemudian memberikan
stimulasi atau bahan ajar yang sama berdasarkan kurikulum yang berlaku, akan
melahirkan generasi pembeo, tidak kreatif dan sukar berinovasi. Akibatnya,
berbagai penyimpangan di kalangan anak-anakpun sudah tak aneh lagi. Seperti yang terjadi akhir-akhir ini.
Yuuuk, sudahi generasi hasil duplikating, sebab anak bukan
robot ataupun barang industri tanpa nyawa dan potensi diri.
----------------------
RaDal, 181014 (04'49)
Komentar
Posting Komentar