Qurban No, Rokok Yes?
Idul Qurban
kian menjelang. Ribuan kambing, domba dan sapi, dijajakan di
pinggir-pinggir jalan, siap untuk
diqurbankan. Didatangkan dari berbagai pelosok daerah, diperlakukan dengan
penuh penghargaan, semisal dipijat dan diberi jamu-jamuan agar tetap prima dan
tampil menawan di hadapan para calon pequrban.
Lain tahun,
harga kian melambung. Tahun lalu, seekor kambing qurban ukuran sedang dihargai tak
sampai dua juta. Namun tahun ini, kambing dengan ukuran yang sama harganya
meningkat, hingga dua setengah juta.
Agak berat
bagi yang tidak menyediakan anggaran khusus, namun terasa ringan bila anggaran
qurban telah dipersiapkan setahun sebelumnya. Paling aman, jika kita mampu
memelihara kambing sendiri sejak masih berwujud cempe alias anak kambing usia
beberapa minggu. Jika tak yakin mampu memeliharanya, percayakan pada
penggembala atau peternak dengan sistem titip dan bagi hasil.
Ingat, ada dua pekerjaan yang pernah dilakukan para Nabi sebelum diangkat sebagai utusan Allah, yaitu menjadi penggembala dan pedagang. Nabi Daud, Nabi Musa maupun nabi Muhammad saw, adalah penggembala di masa kecil hingga remajanya. Bukan tanpa maksud Allah menjadikan mereka penggembala, namun itu merupakan salah satu bentuk pendidikan dari Allah, sebelum mereka menggembala alias memimpin umatnya.
Kembali ke
masalah qurban dan biaya yang dibutuhan. Anggaplah saat ini harga kambing
qurban ukuran sedang di wilayah Jakarta, dua setengah juta rupiah.
Jika kita
anggarkan menabung secara disiplin dua ratus ribu sebulan, maka setahun
kemudian, dana yang kita peroleh akan mencapai
dua juta empat ratus ribu rupiah. Cukuplah untuk mendapatkan seekor
kambing di tahun berikutnya.
Namun,
kesadaran untuk berqurban ini ternyata belum menjadi sebuah kebutuhan bagi
mayoritas umat muslim. Apalagi kebiasaan untuk menabung dan menyisihkan
sebagian anggaran rumahtangga guna membeli hewan qurban di tahun berikutnya.
Hal ini
berbeda seratus delapan puluh derajat dengan kebiasaan makan di luar bersama
keluarga ataupun merokok tanpa henti, satu bungkus sehari. Selalu ada anggaran
setiap bulannya untuk kedua hal tersebut.
Jika
seseorang mampu menghabiskan sebungkus rokok seharga dua belas ribu rupiah
sehari, maka setahun kemudian, dana yang dibakar menjadi abu rokok ternyata mencapai
empat juta lebih. Amat sangat cukup untuk membeli seekor kambing atau domba
ukuran super. Bahkan bisa mendapatkan sepertujuh bagian sapi super. Sayang
sekali, jika dana yang sama tidak mampu disisihkan untuk berqurban.
Merasa
kesulitan mengatur pengeluaran? Jangan khawatir, saat ini telah tersedia jasa
konsultasi keuangan, yang akan membantu seseorang memecahkan masalah
keuangannya, termasuk masalah susahnya menyediakan anggaran khusus untuk
qurban.
------------
RaDal, 031014 (01'14)
Komentar
Posting Komentar